10:24 PM

(1) Comments

Krisis Ekonomi Global, Saatnya resolusi keuangan

Krisis ekonomi global yang terjadi akhir-akhir ini tampaknya mulai dirasakan di berbagai sendi perekonomian di negeri ini. Ditandai dengan semakin sulitnya para pelaku usaha mempertahankan roda bisnis mereka yang berjalan relatif lebih stabil dibandingkan masa-masa sebelumnya, memberi efek bola salju dengan munculnya ancaman pemutusan hubungan kerja di beberapa usaha sektor riil dalam negeri.

Bahkan kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga BBM yang telah berlangsung sejak awal Desember belum mampu mendongkrak kondisi menjadi lebih baik. Nilai tukar mata uang rupiah juga masih naik turun.

Apakah berhenti sampai di situ? Belum.

Menteri Keuangan sekaligus Pelaksana Jabatan Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati awal Desember menyebutkan jika pertumbuhan ekonomi pada 2009 diperkirakan akan mencapai level terburuk di posisi 4,5%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan target APBN 2009 yang diharapkan mencapai 6%.

Deputi Gubernur Senior BI Miranda S Goeltom juga mengatakan bahwa inflasi hingga akhir 2008 masih berada di level 11%. Meski ada ada sedikit harapan dari ucapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengatakan tingkat inflasi 2009 diprediksi di level 6%-7%.

Lihat survei BPS terakhir. Dengan kondisi pertumbuhan ekonomi yang masih belum baik, diperkirakan tenaga kerja yang tidak terserap akan mencapai 1,053 juta orang. Sementara itu, saat ini jumlah penganggur terbuka yang tengah menunggu lapangan kerja mencapai 9,427 juta.

Tentu ini bukan bersoalan mudah bagi setiap individu. Oleh karena itu pada awal 2009, orang tampaknya mulai mengambil ancang-ancang mengatur pendapatan dan pengeluaran.

Apalagi dalam kondisi krisis global seperti saat ini, jangan berharap perusahaan akan mencairkan dana untuk memberi bonus prestasi atau menganggarkan kenaikan gaji karyawan tahun depan.

Artinya, setiap orang perlu jeli dan cermat menghitung anggaran rumah tangga mereka masing-masing supaya tetap aman hingga masa yang akan datang.

Menurut perencana keuangan Eko Endarto dari Biro Perencanaan Keuangan Safir Senduk & Rekan, setiap orang, baik yang sudah berkeluarga maupun belum, perlu mengambil ancang-ancang dengan kondisi keuangan mereka. Salah satu caranya adalah membuat agenda resolusi keuangan.

Berhemat & berinvestasi

Ada empat komponen utama yang perlu diperhatikan dalam agenda resolusi keuangan mereka pada 2009 yaitu mencermati pemasukan, pengeluaran, investasi, dan utang.

Dalam hal pemasukan, Eko menyarankan jika setiap orang atau keluarga harus berkomitmen jika pemasukan yang mereka terima harus sama dengan pengeluaran mereka.

“Kadangkala hal-hal kecil kurang diperhatikan orang sebagai sumber tambahan pemasukan, misalnya, berhemat dengan biaya transportasi atau uang makan yang kalau dihitung-hitung totalnya sangat besar setiap bulannya,” ujar Eko.

Dalam berinvestasi, tahun depan orang atau keluarga perlu merombak polanya. Misalnya, memilih instrumen investasi yang relatif lebih murah dengan hasil yang menjanjikan meski dengan jangka waktu pengembalian relatif lebih lama.

Misalnya saja memilih instrumen investasi yang semula dalam bentuk reksa dana ke saham yang saat ini justru relatif lebih murah dibandingkan dengan instrumen investasi jangka panjang lain.

Namun, Eko menyarankan untuk mengurangi bujet investasi saat ini di tengah kondisi yang kurang memungkinkan untuk dialokasikan ke sumber lain.

“Kalau biasanya alokasi dana untuk investasi cukup besar, ada baiknya sedikit dikurangi karena lebih baik dialokasikan untuk dana cadangan yang bisa dicairkan sewaktu-waktu,” ujarnya.

Besarnya dana cadangan juga tidak bisa ditetapkan sembarangan tetapi ditetapkan berdasarkan jenis pekerjaan. Jika jenis pekerjaan Anda sangat dibutuhkan, maka besarnya dana cadangan sejumlah 3-4 kali gaji Anda setiap bulan.

Jika jenis pekerjaan Anda sangat umum, maka besaran dana cadangan Anda disarankan mencapai 6-12 kali gaji Anda setiap bulan.

Hal ini penting dilakukan, mengingat kemungkinan bisa terjadi hal-hal buruk pada masa-masa datang yang memungkinkan seseorang atau keluarga memerlukan dana cadangan bisa dicairkan sewaktu-waktu. Misalnya PHK.

Oleh karena itu, ada baiknya alokasi dana investasi dialihkan ke instrumen deposito yang relatif lebih aman dan pencairannya relatif lebih mudah.

Namun, tetap alokasikan dana pensiun dan asuransi kesehatan. Kedua hal itu mutlak dimiliki seseorang sebagai jaminan kesehatan dan masa pensiun mereka yang dicicil mulai dari seseorang pada usia produktif.

Mengenai utang, tidak bisa dihindari jika kewajiban melunasi utang memaksa orang mengetatkan ikat pinggang hingga akhir pelunasan.

Secara presentase, tahun sebelumnya mungkin Anda cukup puas dengan komposisi gaji 10% untuk dana amal, 30% untuk bayar utang, 20% untuk investasi, dan sisanya untuk biaya hidup.

Namun pada 2009, komposisi ini bisa diubah lebih fleksibel dengan alokasi paling besar pada dana cadangan.

Bijak memanfaatkan gaji yang serba ngepas adalah prinsip yang paling utama. Jangan sampai peribahasa besar pasak daripada tiang terjadi pada kondisi keuangan Anda pada tahun depan.
(wulandari@bisnis.co.id)

Referensi : www.madani-ri.com

1 Response to "Krisis Ekonomi Global, Saatnya resolusi keuangan"
Anonymous said :
January 14, 2016 at 2:34 PM
jual berbagai obat termanjur dan terkhasiat
obat kuat dewasa (obat atau vakum pembesar alat vitalitas,dan obat atau vakum pembesar panyudara) , obat kosmetik atau kecantikan dan produk herbal lainnya.
hub. 081253424255 – 081215928989 - 081391560355 dan pin BB : 2A51AD9C / 25E168C1.
www.waroengherbalcantik.blogspot.com

Post a Comment