6:56 PM
Melihat judul di atas, mungkin Anda langsung berpikir: bagaimana jamban tanpa ada airnya? Memang bio-toilet adalah ‘barang’ baru di Indonesia. Padahal toilet jenis ini sudah banyak dikembangkan di luar negeri. Bio toilet adalah pengembangan desain toilet sistem kering yang mempergunakan matriks serbuk kayu sebagai media penangkap dan pengurai tinja dan urine. Ciri khas dari desain ini adalah tidak digunakannya air untuk menggelontor kotoran.
Di Indonesia, bio-toilet belum banyak dikenal. Saat ini bio-toilet masih dalam taraf pengembangan yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Meski demikian, bio-toilet tersebut sudah diujicobakan di kompleks Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung dan di kompleks perumahan kumuh di Kiaracondong, Bandung.
Bio-toilet dirancang ramah lingkungan dan cocok dibangun di daerah dengan kondisi sistem sanitasi yang belum memadai, kondisi lingkungan yang buruk, keterbatasan lahan, ketiadaan saluran buangan air kotor, dan kurangnya air bersih. Tidak hanya itu, jamban ini sekaligus bisa menjadi tempat pembuangan sampah dapur untuk selanjutnya diolah menjadi kompos.
Bio-toliet tidak menggunakan air untuk menggelontor kotoran. Kotoran langsung ditampung dalam tempat pengolah untuk ukuran tabung bio toilet 0,5 meter kubik dengan kapasitas 30–50 orang per hari. Selang 3-4 bulan, serbuk kayu lama dapat diganti dengan serbuk baru. Sampah serbuk gergaji yang sudah dipakai dapat dimanfaatkan sebagai media kompos tanaman. Prinsip sanitasi berkelanjutan dan sirkulasi material alami mendasari konsep alat ini.
Dengan rancangan seperti ini, maka pemakaian air bisa dihemat. Berdasarkan penelitian LIPI, bio-toilet ini mampu mengurai 60 persen feses manusia dalam 1 hari. Selain itu, toilet kering ini tidak menebarkan bau layaknya septic tank biasa, serta tidak memerlukan saluran pembuangan khusus.
Bentuk bio toilet ini cukup sederhana dan mudah dikonstruksikan dengan bahan yang mudah didapat. Tabung bio-toilet dirancang dari bahan stainless steel yang tahan selama tiga tahun, yang tentu saja mencegah kebocoran dan tidak berkarat. LIPI pernah menghitung, jika dibuat secara massal, mungkin biaya yang dibutuhkan hanya sekitar Rp 5 juta–Rp 10 juta.
Keuntungan teknis/ekonomis
• tidak menggunakan air, seingga menghemat pemakaian air bersih
• dapat langsung mengurai kotoran manusia, tidak menebarkan bau
• tidak memerlukan saluran pembuangan khusus
• dapat digabungkan menjadi alat pengolah sampah dapur
• limbah dapat dimanfaatkan sebagai media kompos tanaman
• bentuk sederhana, mudah dikonstruksi dengan bahan yang mudah didapat
Aplikasi
• Untuk daerah yang sulit mendapatkan akses air bersih
• Untuk dipergunakan di daerah pengungsian
• Untuk keperluan WC umum pada event dadakan: panggung hiburan, pasar malam, expo, pameran, dan lain lain.
Sumber : harimawan.wordpress.com
0 Responses to "Bio-Toilet, Jamban Tanpa Air"
Post a Comment